Diposkan oleh dicha erlangga di 10:14
1.
Sejarah Ringkas
Seperti
telah diketahui sebelumnya, psikologi pendidikan adalah cabang psikologi.
Karena psikolgi sebagai ilmu pengetahuan masih muda usianya, maka psikologi
pendidikan sebagai cabangnya lebih-lebih masih muda usianya. Berhubung dengan
itu, ia masih dalam proses perkembangan; di sana sini masih banyak problem yang
masih memerlukan pemecahannya; masih banyak hal-hal yang masih perlu
pengembangannya. Akan tetapi, walaupun ditinjau dari segi ilmu pengetahuan
usianya masih sangat muda, akan tetapi pemikirannya (dalam arti yang menyangkut
pendidikan dan problem jiwa) telah dipikirkan oleh orang sejak dahulu kala. Demikianlah
misalnya, sampai ada yang mengatakan bahwa saat timbulnya yang mula-mula
tentang psikologi pendidikan dapat diikuti jejaknya kembali pada Aristoteles.
Bahwa Aristoteles sebagai seorang filsuf telah menyusun periode-periode
perkembangan anak, sifat-sifat anak menurut periode dan bentuk pendidikan yang
perlu diselenggarakan sesuai dengan periode-periode itu. Walaupun demikian,
tentu saja pemikirannya baru merupakan pemikiran secar filsafat, belum
merupakan pemikiran psikologi pendidikan.
Upaya-upaya yang
bersifat semi ilmiah dipelopori oleh para pendidik, seperti Pestalozzi,
Herbart, Frobel dan sebagainya. Mereka itu sering dikatakan sebagai pendidik
yang mempsikologikan pendidikan, yaitu dalam wujud upaya memperbaharui
pendidikan dengan melalui bahan-bahan yang sesuai dengan tingkat usia, metode
yang sesuai dengan bahan yang diajarkan dan sebagainya, dengan mempertimbangkan
tingkat-tingkat usia dan kemampuan anak didik. Pestalozzi misalnya, dengan
upayanya itu kemudian sampai pula pada pola tujuan pendidikannya, yang disusun
dengan “bahasa” psikologi pendidikan; dikatakan olehnya bahwa tujuan pendidikan
adalah tercapainya perkembangan anak yang serasi mengenai tenaga dan daya-daya
jiwa. Adapun Frobel Menyatakan bahwa tujuan pendidikan adalah terwujudnya
kepribadian melalui perkembangan sendiri, akativitas dan kerja sama social
dengan semboyan “belajar sambil bekerja”. Herbart bahkan telah menyusun pola
rangkaian cara menyampaikan bahan pelajaran, berturut-turut: persiapan,
penyajian, asosiasi, generalisasi dan aplikasi. Tentu saja sifat dan luasnya
usaha yang mereka hasilkan dan sumbangkan sesuai dengan zamannya, yaitu bahwa
psikologi sebenarnya pada zaman itu belum berdiri sebagai ilmu pengetahuan yang
otonom.
Akhir abad
19 penelitian-penelitian dalam lapangan psikologi pendidikan secara ilmiah
sudah semakin maju. Di Eropa Ebbinghaus mempelajari aspek daya ingatan dalam
hubungannya dengan proses pendidikan. Dengan penelitiannya itu misalnya
terkenallah Kurve Daya Ingatan, yang menggambarkan, bahwa kemampuan mengingat
mengenai sejumlah objek kesan-kesannya semakin lama semakin berkurang
(menurun), akan tetapi tidaklah hilang sama sekali.
Pada awal
abad 20 pemerintah Prancis merasa perlu untuk mengetahui prestasi belajar para
pelajar, yang dirasa semakin menurun. Pertanyaannya yang ingin dijawap, apakah
prestasi belajar itu semata-mata hanya tergantung pada soal rajin dan malasnya
si pelajar, ataukah ada factor kejiwaan atau mental yang ikut memegang peranan.
Maka untuk memecahkan problem itu ditunjuklah seorang ahli psikologi yang
bernama Alfred Binet, Dengan bantuan Theodore Simon, mereka menyusun sejumlah
tugas yang terbentuk dalam sebuah tes baku untuk mengetahui inteligensi para
pelajar. Tes ini kemudian dikenal dengan tes Inteligensi. Tes inteligensi Binet-Simon
ini sangat terkenal, yang kemudian banyak dipakai di Amerika Serikat, yang di
negri itu mengalami revisi berkali-kali untuk mendapat tingkat kesesuaiannya
dengan masyarakat atau orang-orang Amerika. Di antara para ahli yang mengambil
bagian dalam revisi-revisi itu misalnya : Stern, Terman, Merril dan
sebaagainya.
Perlu juga
diketahui, bahwa laboratorium ciptaan Wundt di Leipzig juga tidak hanya
melakukan aktivitas penelitian yang bersifat “psikologi umum”, melainkan juga
memegang peranan dalam psikologi pendidikan. Banyak orang Amerika yang belajar
di Leipzig kepada Wundt. Akibatnya setelah mereka mengembangkan psikologi itu
di negaranya, termasuk psikologi pendidikan. Terkenallah psikologi pendidikan
di Amerika misalnya Charles H. Judd, E.L. Thorndike, B.F. Skinner dan
sebagainya. Orang-orang ini sangat besar pengaruhnya terhadap pendidikan di
Amerika Serikat. Terutama E.L. Thorndike, sehingga ia dipandang sebagai Bapak
Psikologi Pendidikan di Amerika Serikat. Menurut seorang pakar psikiatri dan psikologi
Amerika Serikat yang bernama Perry London, yang telah meneliti tentang
penggunaan jasa psikologi di Amerika Serikat, yang menggunakan jasa psikologi
bagi lapangan-lapangan tertentu adalah : 25% merupakan para pendidik, 25% ahli
psikologi klinis dan konsultan, 16% merupakan para peneliti psikologi sendiri,
sedang yang 34% tersebar pada lapangan atau pakar yang lain.
Di Indonesia
psikologi pada umumnya dan psikologi pendidikan pada khususnya sedang dalam
proses perkembangan yang cepat. Pada mata pelajaran, misalnya di sekolah calon
guru (HK, HIK, Hoofd Acted an sebagainya). Setelah merdeka dan dengan
berdirinya Fakultas Psikologi di beberapa Universitas serta berdirinya FKIP
atau IKIP di berbagai kota, maka psikologi pada umumnya atau psikologi pendidikan
khususnya, tidak hanya dipelajari sebagai mata kuliah, melainkan juga diteliti
sebagai ilmu pengetahuan. Hal ini memang amat perlu, karena psikologi atau
psikologi pendidikan yang didasarkan penelitiannya pada orang-orang barat belum
tentu sesuai dengan kondisi masyarakat Indonesia.
2. Lingkup Psikologi Pendidikan
Jika kita
bertanya mengenai lingkup (scope) psikologi pendidikan, maksudnya bertanya
tentang apa saja yang dibicarakn oleh psikologi pendidikan, maka berdasarkan
berbagai buku psikologi pendidikan akan diperoleh jawaban yang berbeda-beda.
Sebagian buku menunjukan lingkup yang luas, sedangkan buku-buku yang lain
menunjukkan ingkup yang lebih sempit atau terbatas. Buku yang lingkupnya lebih
luas biasanya membahas selain proses belajar juga membahas tentang
perkembangan, hereditas dan lingkungan, kesehatan mental, evaluasi belajar dan
sebagainya. Sedangkan buku yang lingkupnya lebih sempit biasanya berkisar pada
soal proses belajar mengajar saja. Perbedaan ini sangat dipengaruhi oleh maksud
penulis dalam menulis buku itu. Ada yang bermaksud hanya memberikan pengantar
saja, sehingga pembahasanya mengenai lingkup itu cukup luas, akan tetapi kurang
mendalam. Sebaliknya ada yang lingkup pembahasannya tidak luas, yaitu berkisar
pada proses beljar, akan tetapi pembahasannya cukup mendalam. Jadi, beleh
dikatakan bahwa tidak ada dua buku psikologi pendidikan yang menunjukkan ruang
lingkup materi yang sama benar. Walaupun demikian, pada dasarnya psikologi
pendidikan membahas hal-hal sebagai berikut
a. Hereditas
dan Lingkungan
b. Pertumbuhan dan Perkembangan
c. Potensial
dan Karakteristik Tingkah laku
d. Hasil Proses Pendidikan dan
Pengaruhnya Terhadap Individu yang Bersifat Personal dan Sosial
e. Higiene
Mental dan Pendidikan dan
f. Evaluasi
Hasil Pendidikan
Disamping
itu perlu diketahui bahwa banyak buku psikologi pendidikan yang tidak member
judul buku dengan kata-kata psikologi pendidikan, padahal buku itu benar-benar
buku psikologi pendidikan, dalam arti buku itu membahas serta mendalami
pokok-pokok bahasan tertentu dari psikologi pendidikan. Maka untuk mendalami
psikologi pendidikan tidak senantisa harus mempelajari buku yang berjudul
psikologi pendidikan.
3. Metode-Metode Psikologi
Pendidikan
Metode
merupakan cara yang digunakan atau jalan yang ditempuh menuju ketujuan
tertentu. Maka metode psikologi pendidikan adalah cara yang digunakan atau
jalan yang ditempuh untuk sampai pada tujuan psikologi pendidikan, yaitu
mendapatkan asas-asas, pokok-pokok, atau prinsip-prinsip tentang tingkah laku
anak didik dalam situasi pendidikan dan yang dapat membantu pendidikan. Dalam
hal-hal tertentu dan dalam batas-batas tertentu, metode ini juga dapat
dipergunakan oleh para pendidik atau para guru dalam memahami dan memecahkan problem-problem
pendidikan.
Pada
dasarnya metode itu meliputi usaha pengumpulan data, pengolahan dana
penyimpulannya. Berikut ini dibahas beberapa metode yang lazim dipergunakan
dalam psikologi pendidikan, dengan titik berat pada metode pengumpulan data.
a. Metode
Observasi
Metode
observasi adalah metode yang dilakukan dengan jalan mengadakan pengamatan
terhadap tingkah laku anak didik dalam situasi yang wajar, dilaksanakan dengan
berencana, kontinyu dan sistematik, serta diikuti dengan upaya mencatat atau
merekam secara lengkap. Dengan sifat wajar, berarti bahwa anak didik itu dalam
keadaan tidak dibuat-buat dan tidak mengetahui anak didik itu sedang di
observasi. Berencana berarti bahwa sebelum observasi dilaksanakan harus ada
persiapan yang matang tentang aspek-aspek tingkah laku yang akan di observasi.
Dengan kontinyu berarti bahwa dalam melaksanakan observasi harus bersambungan
antara periode yang satu dengan periode yang lain. Dengan sistematik berarti
bahwa aspek-aspek yang di observasi itu harus tersusun secar teratur, sehingga
tidak sekedar tumpukan catatan tentang tingkah laku. Dengan upaya mencatat atau
merekam tentu dengan mudah kita fahami karena jika hanya mengamati tanpa
mencatat atau merekam, maka hasilnya mudah dilupakan. Dewasa ini dengan
kemajuan teknologi, observasi itu semakin maju.
b. Metode Experimen dan Tes
Dengan
metode experiment dengan sengaja diciptakan situasi buatan. Dalam pendidikan,
dan pada situasi itu ditempatkan subjek penelitian tertentu. Kepada subjek di
sampaikan perangsang=perangsang tentu untuk mendapatkan reaksi atau response
tertentu. Kemudian response itu di analisis untuk mendapatkan kesimpulan
tertentu. Pada lazimnya digunakan dua kemlompok subjek, yaitu kelompok experien
dan kelompok control. Mirip metode experiment adalah metode tes. Metode test
dilakukan dengan memberikan tugas yang dilakukan oleh subjek, baik tugas
tertulis maupun tugas lisan. Perbedaannya dengan experiment,
Perbedaan metode experiment
dengan metode test
Metode experiment
|
Metode test
|
Experiment akan memperoleh prinsip umum yang berkenan dengan seluruh
subjek, atau akan diperoleh suau genelralisasi
|
Tes akan memperoleh perbedaan sifat=sifat individual setiap subjek,
|
Pada experiment dapat digunakan tes sebagai alat,
|
pada tes digunakan item-item atau pola untuk dilakukan oleh para subjek,
tidak mungkin test menggunakan experiment.
|
Ada beberapa
macam test misalnya test intelegensi, test sikap, test situasi, test kecepatan
reaksi, dan test hasil belajar dan sebagainya.
c. Metode
Kuesioner dan Interview
Kuesioner
sering disebut juga angket (Prancis : enquete). Berupa daftar yang memuat
sejumlah pertanyaan yang disampaikan kepada subjek untuk dikerjakan (dijawab).
Jawaban-jawaban itu kemudian dianalisis dan disimpulkan. Pada umumnya jawaban
itu sudah tersedia, sehingga subjek tinggal memilih jawaban yang tepat untuk
setiap item. Ditinjau dari segi penjawab, dapat dibedakan atas dua macam, yaitu
langsung (direct) dan tak langsung (indirect). Disebut langsung jika yang harus
menjawab adalah subjek itu sendiri, dan disebut tak langsung jika yang menjawab
harus menjawab adalah orang yang mengetahui hal-ikhwalnya subjek itu.
d. Metode Ilmiah
Merupakan
prosedur yang sistematik dalam memecahkan permasalahan dan merupakan suatu
pendekatan objektif yang terbuka untuk dikritik, dikonfirmasikan, dimodifikasi
atau bahkan mungkin ditolak kebenarannya oleh penelitian berikutnya. Digunakan
untuk menyelesaikan permasalahan perilaku yang lebih kompleks yang harus bisa
dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
e. Metode
Diferensial
Digunakan
untuk meneliti perbedaan-perbedaan individual yang terdapat di antara anak
didik. Menggunakan berbagai macam teknik pengukuran (contoh: tes, angket, dsb)
serta menggunakan statistik untuk menganalisis.
f. Metode
Klinis
Digunakan
untuk mengumpulkan data secara lebih rinci mengenai perilaku penyesuaian dan
kasus-kasus perilaku menyimpang.
Kesimpulan
Psikologi Pendidikan
adalah bagian dari psikologi umum pada mulanya, psikologi pendidikan,
dikenalkan oleh Aristoteles secara filsafat. Namun demikian, pemikiran
Aristoteles tersebut belum bisa dikatakan sebagai psikologi pendidikan.
Kemudian,
upaya-upaya bersifat semi ilmiah pun muncul, diantaranya dipelopori oleh para
pendidik, seperti Pestalozzi, Herbar dan Frobel. Lalu pada akhir abad 19,
penelitian psikologi pendidikan semakin maju, seperti di Eropa, Ebbinghaus,
yang mempelajari aspek daya ingatan dalam hubungannya dengan proses pendidikan.
Selanjutnya
, pada awal abad 20, mulailah bermunculan tokoh-tokoh psikologi pendidikan,
seperti di Prancis, ada Alfred Binct, Theodore Simon, dan juga di Amerika
Serikat, ada Charles H. Judd, E. L. Thorndike dan B. F. Skinner.
Dan ruang lingkup psikologi
pendidikan itu sendiri adalah
1. Hereditas dan Lingkungan.
2. Pertumbuhan dan Perkembangan.
3. Potensialitas dan
Karakteristik tingkah laku.
4. Hasil Proses Pendidikan dan
Pengaruhnya terhadap individu yang bersifat personal dan social.
5. Higiene mental dan Pendidikan
6. Evaluasi hasil Pendidikan.
Kemudian
dari pada itu, terdapat pula metode-metode dalam psikologi pendidikan yang
fungsinya adalah sebagi cara atau jalan yang digunakan untuk mencapai tujuan
dari Psikologi Pendidikan. Metode-metode tersebut adalah
1. Metode Observasi
2. Metode Experimen dan Test]
3. Metode Kuesioner dan Interview
4. Metode Ilmiah
5. Metode Diferensial
6. Metode Klinis
Rujukan
Drs. Ahmad
thontowi. 1991. Psikologi Pendidikan. Angkasa. Bandung.
Drs. Abu
Ahmadi, Widodo Supriyono. 1991. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka
Cipta
www.goarticle.com
www.hitsuke.blogspot.com
sumber rujukannya dari mana mas
BalasHapus